Senin, 31 Januari 2011 | |||
Frans de Djalong dan Muhadi Sugiono menulis mengenai dua metode resolusi konflik tradisional di Indonesia: Pela Gandong dan Motambu Tana. Tulisan ini termuat dalam bab 9 Mediating Across Difference: Oceanic and Asian Approaches to Conflict Resolution yang diedit oleh Morgan Brigg dan Roland Bleiker (University of Hawai’i Press, 978-0-8248-3519-4, January 2011). Frans dan Muhadi membahas dua metode resolusi konflik tradisional paling dikenal di Indonesia dalam konteks konflik etnoreligius baru-baru ini. Mereka menunjukkan bahwa Pela Gandong di Ambon dan Motambu Tana di Poso adalah ikatan persaudaraan diantara perbedaan agama dan etnis yang telah ada selama berabad-abad. Praktek ini terbukti berhasil dari waktu ke waktu untuk mengelola konflik kekerasan, termasuk ketika digunakan sebagai ‘jalan terakhir’ dalam konflik komunal baru-baru ini. Tapi Frans dan Muhadi juga melihat adanya kecenderungan mempraktekkan Pela Gandong dan Motambu Tana dalam sudut pandang yang statis dan primordial. Ini muncul dari keberhasilan penguasan yang kuat dan lama terhadap interaksi lokal. Hingga tekanan moderenisasi pemerintah dan pengenalan praktek resolusi konflik Barat.
|