Minggu, 09 Mei 2004 | |||
Dalam Koran Tempo 9 Mei 2004, M. Najib Azca mempublikasikan analisisnya mengenai konflik baru di Ambon 25 April lalu. Dimana bertepata dengan ulang tahun RMS (Republik Maluku Selatan), rangkaian konflik komunal kembali terjadi. Padahal sejak akhir tahun 2001 hampir tidak ada lagi konflik besar, semisal peledakan bom dan ranjau, penyerangan mendadak terhadap suatu komunitas, serta penembakan misterius oleh penembak gelap. Kondisi keamanan membaik secara berarti sejak pertengahan 2002 setelah investigasi polisi berhasil menyingkap keterkaitan sekelompok anggota geng Coker pimpinan Berty Loupatty dengan sejumlah aparat keamanan dari Kopassus (Tempo edisi 13 Januari 2003). Diikuti pemilihan gubernur dan Pemilu 2004 yang berlangsung aman. Namun peristiwa 25 April lalu mengindikasikan masih terdapat luka sosial sedemikian dalam sehingga sehingga menghasilkan damai yang rapuh dan getas. Azca menilai ada sejumlah faktor yang menyebabkan hal ini. Faktor-faktor ini adalah terjadinya segregasi komunitas akibat konflik komunal yang panjang, tingginya angka kemiskinan dan pengangguran, masih banyaknya senjata yang secara ilegal dimiliki masyarakat, dan adanya kelompok ‘garis keras’. Dalam analisisnya, Azca menjabarkan faktor-faktor ini secara mendalam hingga membuat kondisi damai menjadi getas.[sy]
|