klik image, untuk detil sampul monograf |
Seri Monograf | CSPS Monographs on Conflict Management and Resolution Seri No. 1, Paper No. 1 – Juni 2009 |
Penulis | Daniel Petz dan Ni Komang Widiani | |
Bahasa | Indonesia | |
Selama dua dekade, banyak ulasan, penelitian, dan kampanye anti praktek-praktek bisnis yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bekerja di sektor ekstraktif atau penggalian. Kritik ini umumnya terkait dengan berbagai praktek bisnis yang secara langsung ataupun tidak langsung memicu konflik lokal maupun regional, dimana perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan kekuatan keamanan lokal untuk melindungi asset dan hak milik mereka, melakukan banyak pelanggaran hak asasi manusia, serta mengabaikan hak-hak masyarakat setempat yang hanya bisa menikmati secuil kekayaan dari perusahaan yang beroperasi di tempat mereka.
Selain itu perusahaan-perusahaan sering dilihat sebagai pemicu munculnya korupsi di negara-negara dimana mereka beroperasi. Munculnya gerakan lingkungan global telah ‘menggiring’ perusahaan-perusahaan untuk lebih bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan yang telah mereka akibatkan, dan menggunakan para aktivis buruh menyelidiki praktek-praktek tenaga kerja yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar. Kritik tersebut telah memunculkan tanggapan diantara perusahaan-perusahaan yang bekerja dalam sektor penggalian dan mendorong mereka untuk meninjau kembali beberapa praktek bisnis mereka dan mengembangkan ide ataupun literature tentang bisnis yang sensitif konflik. Kebanyakan literatur mengenai praktek-praktek bisnis yang sensitif konflik memberikan penekanan kepada aspek pencegahan konflik. Industri-industri ekstraktif sering terlibat dalam proyek skala besar dengan rencana operasi dan periode eksplorasi yang panjang. Hal ini sebenarnya bisa memberi ruang bagi perusahaan untuk menaksir potensi-potensi konflik dan menerapkan secara preventif mekanisme resolusi konflik, yang dipersiapkan jika sewaktu-waktu terjadi konflik. Menimbang banyaknya perusahaan yang bekerja di banyak negara, kepekaan budaya memegang peranan penting dalam mengembangkan tool yang tepat dan sesuai dengan konteks budaya setempat. Banyak perusahaan-perusahaan yang juga terlibat dalam melakukan praktek-praktek terbaik. Serangkaian framework agreements telah dikembangkan yang bertujuan untuk menggiring perusahaan-perusahaan akuntabel terhadap hak asasi manusia, tenaga kerja, dan standar-standar lingkungan. Beberapa inisitif yang telah dibangun adalah sebuah langkah awal, tetapi kita melihat bahwa perusahaan-perusahaan telah mulai untuk memahami pentingnya pencegahan konflik untuk bisnis mereka. Monograf ini akan mengulas berbagai macam tools untuk pencegahan konflik yang menekankan juga pada teori-teori untuk menaksir secara seksama konflik dan resiko-resiko lingkungan sebelum operasi serta framework agreements yang dapat dilihat sebagai instrumen kuat yang focus kepada pencegahan konflik. Berita terkait: Penelitian Peta Resolusi Konflik Migas di Wilayah Sumatra Bagian Selatan |
Download Monograf Seri No. 1, Paper No. 1 – Juni 2009 (PDF) |
Tools Pencegahan Konflik dan Best Practices Industri Ekstraktif (144.22 Kb) |