Press Release
Islam Indonesia di Pentas Global: Inspirasi Damai Nusantara untuk Dunia
Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Seminar Internasional pada tanggal 17 dan 25 Januari 2019 dengan tema Islam Indonesia di Pentas Global: Inspirasi Damai Nusantara untuk Dunia. Kegiatan seminar ini berlandaskan pada kondisi Indonesia sebagai negara demokrasi dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, memiliki pengalaman yang kaya dalam proses pembangunan demokrasi dan perdamaian. Reputasi Indonesia sebagai negara Muslim yang demokratis telah banyak diakui oleh berbagai kalangan. Islam di Indonesia disebut sebagai ‘the smiling face of Islam in the world’. Beberapa sarjana bahkan seringkali menyebut ‘Islam Indonesia’ bersama ‘Islam Anatolia’ di Turki sebagai masa depan Islam di dunia yang akan menghadirkan perdamaian, inklusif, toleran, ramah terhadap keragaman, berwawasan ke depan dan sejalan dengan nilai-nilai demokrasi. Di tengah konflik dan kekacauan yang melanda dunia terutama di negara-negara Muslim di Timur Tengah, Islam di Indonesia berjalan beriringan bersama pembangunan demokrasi dan perdamaian.
Salah satu faktor utama di balik pencapaian gemilang ini adalah peranan aktif organisasi-organisasi masyarakat sipil Islam di Indonesia dalam pembangunan demokrasi dan perdamaian. Di barisan terdepan organisasi masyarakat sipil Islam tersebut adalah Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. ‘Dwi tunggal’ organisasi masa Islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia inilah, yang disebut oleh Prof Robert W Hefner sebagai pilar utama ‘Islam Berkeadaban’ (Civil Islam) di Indonesia yang berhasil mengawal proses transisi demokrasi yang damai di penghujung abad ke 20. Kedua ormas ini juga dinilai berperan penting dalam proses demokratisasi di Indonesia karena mengembangkan argumen-argumen keagamaan yang selaras dengan nilai-nilai demokrasi dan penguatan masyarakat sipil. Dari sisi pengikut atau keanggotaan, salah dua ormas tertua di Indonesia ini juga memiliki signifikansi yang tinggi. Menurut survei yang dilakukan oleh Alvara Research Centre pada tahun 2017, jumlah penduduk Muslim yang berafiliasi dengan NU mencapai 79 juta jiwa dan yang berafiliasi dengan Muhammadiyah sebesar 22,4 juta jiwa . Dalam berbagai laporan survei, NU dan Muhammadiyah selalu menempati posisi pertama dan kedua dalam hal popularitas dan jumlah penduduk Muslim yang merasa terafiliasi dengannya.
Selain berhasil mengawal proses transisi demokrasi di dalam negeri, kedua ormas Islam ini juga aktif berkontribusi dalam proses pembangunan perdamaian (peacebuilding) di kancah regional dan internasional. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memiliki pengalaman panjang dalam mengawal proses perdamaian di Afghanistan sejak tahun 2011. PBNU menjalankan second track diplomacy dengan mengirimkan kyai-kyai dari berbagai pesantren sebagai juru damai untuk menyatukan kabilah-kabilah yang bertikai di Afghanistan (Aziz, 2018). KH. Abdurrahman Wahid, semasa menjadi Ketua Umum PBNU maupun sesudahnya, berperan aktif dalam upaya perdamaian dalam konflik Palestina-Israel, meski disambut kontroversi di tanah air. Ikhtiar tersebut belakangan diteruskan oleh KH. Yahya Cholil Staquf, kyai muda yang saat ini menjabat sebagai Katib Am Syuriah PBNU.
Sementara itu, Muhammadiyah juga sudah sejak lama turut serta dalam proses pembangunan perdamaian di kancah regional dan global. Muhammadiyah aktif dalam penyelesaian konflik melalui forum-forum dialog maupun keterlibatan langsung dengan menjalankan misi perdamaian di zona-zona konflik di Asia Tenggara, seperti di Mindanao Filipina dan Thailand Selatan. Baru-baru ini mantan Ketua Umum Muhammadiyah, Din Syamsuddin, sukses mengorganisir the World Peace Forum ke-7 di Jakarta yang dihadiri lebih dari 100 tokoh perdamaian di dunia. Acara yang diselenggarakan oleh Kantor UKP-DKAAP dan The Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), serta the Cheng Ho Multi-Cultural and Education Trust of Malaysia sukses menelurkan ‘Jakarta Message’ yang menyerukan pemimpin-pemimpin dunia untuk kembali ke ‘jalan tengah’ (the middle path) sebagai solusi atas kekacauan dan konflik di berbagai penjuru dunia. Namun sayangnya peranan positif organisasi-organisasi masyarakat sipil Islam di Indonesia dalam proses pembangunan demokrasi dan perdamaian belum banyak diketahui dan diakui oleh kalangan dunia internasional. Di banding dengan Turki, yang bersama Indonesia sering disebut sebagai perwajahan negara Muslim demokratis, Indonesia masih kalah jauh dalam hal internasionalisasi reputasi dan gerakan sebagai representasi Islam di dunia yang membawa pesan dan praktik perdamaian dan demokrasi.
Oleh karena itu, Universitas Gadjah Mada (UGM) mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan rangkaian kegiatan Riset, Publikasi dan SEMINAR INTERNASIONAL UGM “Islam Indonesia di Pentas Global: Inspirasi Damai Nusantara untuk Dunia”. Upaya tersebut merupakan bagian dari ikhtiar yang lebih besar untuk mempromosikan kontribusi dan pengalaman Islam di Indonesia dalam konteks pembangunan perdamaian dan demokrasi di kancah nasional, regional, dan internasional. Adapun tujuan utama kegiatan seminar ini adalah:
- Mempromosikan peranan Islam Indonesia dalam pembangunan perdamaian dan demokrasi di kancah nasional, regional, dan internasional
- Mengangkat Islam Indonesia sebagai salah satu ‘model’ Islam yang selaras dengan nilai-nilai demokrasi dan perdamaian di kancah internasional
- Mengkaji apa dan bagaimana peranan organisasi Islam (Muhammadiyah dan NU) dalam konteks pembangunan demokrasi dan perdamaian di kancah nasional, regional, dan internasional
- Mendokumentasikan kerja-kerja kemanusiaan dan perdamaian yang telah dilakukan oleh Muhammadiyah dan NU baik di kancah nasional, regional, dan global
Seminar Internasional ini terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan, yaitu pada tanggal 17 Januari 2019 akan diselenggarakan Seminar dan Peluncuran Buku dengan tema besar Peran dan Kontribusi Muhammadiyah dan NU dalam Perdamaian dan Demokrasi dengan pembicara utama Prof. Dr. Robert W. Hefner (Boston University), Prof. Dr. Mohtar Masoed (Fisipol UGM) dan Tim Riset PSKP UGM. Pada tanggal 25 Januari 2019 akan diselenggarakan Seminar Internasional dengan tema Islam Indonesia di Pentas Global: Inspirasi Damai Nusantara untuk Dunia dengan beberapa pembicara utama, yaitu:
- Dr. Ahmad Syafii Maarif (Keynote 1)
- Yahya Cholil Staquf (Keynote 2)
- E. Dr. Jose Manuel Ramos Horta (Keynote 3)
- Dr. Azyumardi Azra (Pembicara 1)
- Dr. Mark Woodward (Pembicara 2)
- Tim Riset PSKP UGM (Pembicara 3)