• UGM
  • IT Center
  • Perpustakaan Pusat
  • Research
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian
  • Home
  • Tentang Kami
    • sejarah
    • Visi dan Misi
    • Profil Pengurus
      • Plt Kepala PSKP
      • Sekretaris
    • Profil Tim Ahli
    • Profil Peneliti
    • Profil Karyawan
    • Struktur Organisasi
    • Patner
  • Penelitian
  • Kegiatan
    • Workshop
    • Konferensi
    • Pelatihan
    • Diskusi
    • Advokasi
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Monograf
    • Buletin
    • Buku Saku
    • Newslatter
    • Artikel
  • Ruang Pustaka
  • Beranda
  • Monograf
Arsip:

Monograf

Monograf: Masalah Eksternalitas dan Bagi Hasil Tambang dalam Konflik Enam Desa di Maluku Utara

MonografPublikasi Friday, 17 March 2017

Image
klik image, untuk detil
sampul monograf
Seri Monograf CSPS Monographs on Social Cohesion in North Maluku
Paper No 4 – April 2013
Penulis Moch. Faried Cahyono dan Hasby Yusuf
Bahasa Indonesia
Salah satu paradoks pembangunan ekonomi adalah tingginya pertumbuhan ekonomi yang tidak diikuti dengan peningkatan kualitas kehidupan sosial masyarakat. Di satu sisi barang dan jasa yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan manusia melimpah ruah, di sisi lain kualitas lingkungan hidup terus mengalami penurunan, jurang ketimpangan ekonomi dan sosial semakin melebar, kemiskinan meningkat, sementara  pengangguran menghantui jalannya pembangunan. Dalam prinsip ekonomi disebutkan bahwa manusia rasional akan termotivasi memperebutkan sumberdaya yang langka (scarce) apabila ada padanya pilihan-pilihan (choices) yang paling menguntungkan. Adanya keuntungan (insentif) yang bisa didapatkan akan menjadi penggerak baginya. Selanjutnya perlombaan merebut sumberdaya akan memunculkan persaingan ekonomi. Manusia  yang rasional akan berupaya menggunakan input atau modal yang serendah mungkin untuk keuntungan (gains) ekonomi yang besar. Persaingan menempatkan mereka yang lebih efisien memenangkan pertarungan memperebutkan sumber daya yang tersedia.
Download Monograf (PDF)
Paper No 4 - Masalah Eksternalitas dan Bagi Hasil Tambang dalam Konflik Enam Desa di Maluku Utara Paper No 4 – Masalah Eksternalitas dan Bagi Hasil Tambang dalam Konflik Enam Desa di Maluku Utara

Monograf: Ruang dan Konflik Wilayah: Cerita dari Enam Desa

MonografPublikasi Friday, 17 March 2017

Image
klik image, untuk detil
sampul monograf
Seri Monograf CSPS Monographs on Social Cohesion in North Maluku
Paper No 3 – Desember 2012
Penulis Ucu Martanto
Bahasa Indonesia
Salah satu fenomena yang muncul, dan berangsur-angsur menjadi tren, pasca jatuhnya pemerintahan Suharto tahun 1998 adalah pemekaran daerah. Terhitung semenjak tahun 1999 hingga Juni 2009, terdapat penambahan 205 Daerah Otonom Baru (DOB) yang terdiri dari 7 provinsi, 164 kabupaten, dan 34 kota (Ditjen Otonomi Daerah, Kemendagri, 2010). Jumlah ini diperkirakan mengalami penambahan mengingat tingginya hasrat daerah untuk memisahkan diri dari pemerintah daerah induk. Kebijakan moratorium pemekaran dalam rangka mengevaluasi keberadaan DOB tidak menyurutkan ambisi daerah untuk mengajukan proposal pemekaran.

Sengketa wilayah merupakan fenomena yang sama gandrungnya dengan pemekaran daerah. Belum tuntasnya proses delimitasi wilayah pemerintah daerah di Indonesia menyebabkan batas wilayah antar-pemerintah daerah tumpang-tindih. Dalam kondisi ketidakpastian batas-batas wilayah, DOB dilahirkan. Akibatnya mudah diterka, hampir setiap kasus pemekaran kabupaten/kota maupun provinsi – terutama di luar Pulau Jawa – selalu diikuti dengan sengketa batas wilayah. Tidak sedikit dari sengketa ini berakhir dengan konflik kekerasan yang menyimpang dari tujuan pemekaran daerah, seperti yang terkandung dalam UU No. 32 tahun 2004, yaitu: meningkatkan pelayanan publik, kesejahteraan masyarakat, dan memperkokoh NKRI.

Mengapa sengketa batas wilayah antar-pemerintah daerah seringkali ditempuh dengan jalan kekerasan antar-penduduk? Seseorang berperang mempertahankan kedaulatan teritorial NKRI dianggap sebagai pejuang nasionalisme, sementara bagi mereka yang rela mati untuk memperjuangkan batas-batas wilayah pemerintah daerahnya, apakah ini yang disebut ‘provinsisme’ atau ‘kabupatenisme’? Apa yang mereka pertaruhkan ketika memperjuangkan batas-batas wilayah kabupaten/kota atau provinsi? Fenomena ini menyiratkan pertanyaan lebih lanjut tentang keindonesiaan, tentang kewilayahan, tentang pemerintahan, tentang kewarganegaraan. Saya menduga pertanyaan-pertanyaan itu hanya akan tuntas dijelaskan melalui pisau analisa yang multiperspektif. Untuk melengkapi perspektif yang telah banyak digunakan (seperti: kelembagaan/tata kelola pemerintahan, ekonomi politik, politik identitas, gerakan sosial, dan konflik), tulisan ini mengangkat perspektif ruang dalam memahami pemekaran daerah dan konflik kekerasan batas wilayah.

Download Monograf (PDF)
Paper No 3 - Ruang dan Konflik Wilayah: Cerita dari Enam Desa Paper No 3- Ruang dan Konflik _Cerita dari Enam Desa

Monograf : Melampaui Komunalisme: Siasat Perdamaian dalam Politik Pembangunan

MonografPublikasi Friday, 17 March 2017

Image
klik image, untuk detil
sampul monograf
Seri Monograf CSPS Monographs on Social Cohesion in North Maluku
Paper No 2 – Desember 2012
Penulis Frans Viki Djalong
Bahasa Indonesia
Tulisan singkat ini bertujuan memperlihatkan kebutuhan dan tantangan proyek perdamaian dalam konteks desentralisasi dan demokratisasi. Bertolak dari fenomena konflik-konflik komunal satu dekade terakhir dan belajar dari kasus sengketa 6 Desa di Maluku Utara, tulisan ini menggarap dua pertanyaan penting berikut. Pertama, mengapa proyek perdamaian perlu menggarap isu-isu konflik dalam spektrum politik pembangunan dan kedua, bagaimana sebaiknya membaca dan mengubah komunalisme politik menjadi politik kewarganegaraan yang memberi basis otentik bagi perdamaian tanpa meniadakan konflik? Adapun tiga hasil analisis sekaligus argumen yang mendukung terintegrasinya proyek perdamaian ke dalam spektrum politik pembangunan. Pertama, komunalisme dalam politik lokal pasca desentralisasi bukanlah sumber masalah bagi perdamaian antar-komunitas, melainkan sebuah cara mengakses sumber daya publik di tengah absennya praxis demokrasi yang konkrit. Kedua, politik pembangunan yang berorientasi teknokrasi menjadi konteks struktural bagi berlarut-larutnya konflik antar-komunitas mengakses sumber daya publik. Ketiga, proyek perdamaian perlu mendiskusikan dan mentransformasi komunalisme terutama karena kecenderungannya melembagakan permusuhan dalam mengakses sumber daya publik.
Download Monograf (PDF)
Paper No 2 - Melampaui Komunalisme: Siasat Perdamaian dalam Politik Pembangunan_ Paper No 2 _Melampaui Komunalisme _Siasat Perdamaian dalam Politik Pembangunan

Monograf: “Involusi Pemekaran”, Etnisitas dan Agama

MonografPublikasi Friday, 17 March 2017

Image
klik image, untuk detil
sampul monograf
Seri Monograf CSPS Monographs on Social Cohesion in North Maluku
Paper No 1 – Desember 2012
Penulis Zuly Qodir
Bahasa Indonesia
Maluku Utara adalah provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi induk Ambon pada tahun 1999. Departemen Dalam Negeri menetapkan M. Thaib Armayn sebagai gubernur mengalahkan Abdul Gafur yang sebenarnya menang dalam pemilihan gubernur Maluku Utara, tetapi kalah di sidang Mahkamah Konstitusi dalam sengketa pasca pilkada.

Pada bulan Desember tahun 1999, terjadi tragedi berdarah di Masjid Al Fatah, Ambon, yang berbuah kerusuhan antaretnis dan agama yang sangat besar, dan dampaknya terdengar di seluruh Indonesia bahkan dunia internasional. Korban demikian banyak, tidak kurang dari 5000 orang dari dua pihak yang berkonflik (islam versus kristen). Masing-masing pihak membentuk laskar (milisi) perang. Pihak kristen membentuk Laskar Kristus. Pihak islam membentuk Laskar Mujahid. Selain korban jiwa, rumah-rumah penduduk juga dibakar dan dirusak di separoh kota Ambon. Bahkan pembakaran dan pembunuhan juga terjadi menyisir ke daerah-daerah seperti Jazirah Hitu, Leihitu, Soya dan sekitarnya. Puluhan rumah ibadah dirusak, meskipun dalam agama dilarang adanya perusakan dan pertumpahan darah di rumah Tuhan.

Download Monograf (PDF)
 Paper No. 1 _ Involusi Pemekaran_ Etnisitas dan Agama

Monograf: Perkembangan Reformasi Sektor Keamanan: Kebutuhan Bahasa dan Komunikasi

MonografPublikasi Friday, 17 March 2017

main
klik image, untuk detil
sampul monograf
Seri Monograf CSPS Monographs on Security
Paper No. 1 – Oktober 2009
Penulis Dr. Ingo Wandelt
Bahasa Indonesia
Reformasi Sektor Keamanan sekarang ini berlangsung secara global dan internasional. Proses reformasi di tiap negara dipengaruhi pembaruan struktur-struktur keamanan dan pertahanan yang di tingkat regional dan internasional.

Reformasi Sektor Keamanan melibatkan institusi yang mencakup anggota dan personelnya, dan telah berarah jauh ke dalam masyarakat sipil negara masing-masing. Dengan begitu SSR mempunyai dimensi komunikasi tersendiri, yang media utamanya adalah bahasa. Semakin internasional SSR, semakin global penggunaan media komunikasi dan bahasa di dalamnya.

Monograf ini merupakan penyempurnaan dari makalah yang disampaikan dalam Seminar Keamanan: Hubungan  Sipil-Militer, Kerjasama Internasional, dan Peran Bahasa, yang diselenggarakan PSKP UGM bekerjasama dengan FES di Yogyakarta 12 Mei 2009.

Download Monograf Seri Security, Paper No. 1 – Oktober 2009 (PDF)
Perkembangan Reformasi Sektor Keamanan: Kebutuhan Bahasa dan Komunikasi Perkembangan Reformasi Sektor Keamanan: Kebutuhan Bahasa dan Komunikasi (108.85 Kb)

Monograf: Program CSR Perusahaan Migas: Kasus Sumatera Bagian Selatan

MonografPublikasi Friday, 17 March 2017

main
klik image, untuk detil
sampul monograf
Seri Monograf CSPS Monographs on Conflict Management and Resolution
Paper No. 6 – Oktober 2009
Penulis Masduki, Nurul Aini , Moch. Faried Cahyono , dan Lukman Hakim
Bahasa Indonesia
Kontroversi bisnis pertambangan menjadi krusial bukan semata disebabkan intervensi politik, tetapi juga karena perilaku sosial pengelola perusahaan sendiri, terutama dalam interaksi mereka terhadap lingkungan kawasan tambang. Konflik atas lahan, pembagian keuntungan dan ketenagakerjaan bukan hanya bersumber dari transaksi bisnis yang top down, tetapi juga karena hubungan sosial yang tidak stabil antara stakeholders, khususnya warga dan perusahaan.

Dalam konteks ini, wacana dan program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan program Community Development (CD) yang terpadu menjadi urgen diadopsi oleh perusahaan Migas. Tulisan ini mencoba menyajikan sisi konsepsi hingga temuan riset yang dilakukan tim Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada program CSR di beberapa perusahaan Migas yang beroperasi di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Penelitian sudah diselesaikan pada bulan Desember 2008.

Download Monograf Seri Conflict Management and Resolution, Paper No. 6 – Oktober 2009 (PDF)
Program CSR Perusahaan Migas: Kasus Sumbagsel Program CSR Perusahaan Migas: Kasus Sumbagsel (164.80 Kb)

Monograf: Tools Pencegahan Konflik dan Best Practices untuk Industri Ekstraktif

MonografPublikasi Friday, 17 March 2017

main
klik image, untuk detil
sampul monograf
Seri Monograf CSPS Monographs on Conflict Management and Resolution
Seri No. 1, Paper No. 1 – Juni 2009
Penulis Daniel Petz dan Ni Komang Widiani
Bahasa Indonesia
Selama dua dekade, banyak ulasan, penelitian, dan kampanye anti praktek-praktek bisnis yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bekerja di sektor ekstraktif atau penggalian. Kritik ini umumnya terkait dengan berbagai praktek bisnis yang secara langsung ataupun tidak langsung memicu konflik lokal maupun regional, dimana perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan kekuatan keamanan lokal untuk melindungi asset dan hak milik mereka, melakukan banyak pelanggaran hak asasi manusia, serta mengabaikan hak-hak masyarakat setempat yang hanya bisa menikmati secuil kekayaan dari perusahaan yang beroperasi di tempat mereka.

Selain itu perusahaan-perusahaan sering dilihat sebagai pemicu munculnya korupsi di negara-negara dimana mereka beroperasi. Munculnya gerakan lingkungan global telah ‘menggiring’ perusahaan-perusahaan untuk lebih bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan yang telah mereka akibatkan, dan menggunakan para aktivis buruh menyelidiki praktek-praktek tenaga kerja yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar.

Kritik tersebut telah memunculkan tanggapan diantara perusahaan-perusahaan yang bekerja dalam sektor penggalian dan mendorong mereka untuk meninjau kembali beberapa praktek bisnis mereka dan mengembangkan ide ataupun literature tentang bisnis yang sensitif konflik.

Kebanyakan literatur mengenai praktek-praktek bisnis yang sensitif konflik memberikan penekanan kepada aspek pencegahan konflik. Industri-industri ekstraktif sering terlibat dalam proyek skala besar dengan rencana operasi dan periode eksplorasi yang panjang. Hal ini sebenarnya bisa memberi ruang bagi perusahaan untuk menaksir potensi-potensi konflik dan menerapkan secara preventif mekanisme resolusi konflik, yang dipersiapkan jika sewaktu-waktu terjadi konflik.

Menimbang banyaknya perusahaan yang bekerja di banyak negara, kepekaan budaya memegang peranan penting dalam mengembangkan tool yang tepat dan sesuai dengan konteks budaya setempat. Banyak perusahaan-perusahaan yang juga terlibat dalam melakukan praktek-praktek terbaik. Serangkaian framework agreements telah dikembangkan yang bertujuan untuk menggiring perusahaan-perusahaan akuntabel terhadap hak asasi manusia, tenaga kerja, dan standar-standar lingkungan. Beberapa inisitif yang telah dibangun adalah sebuah langkah awal, tetapi kita melihat bahwa perusahaan-perusahaan telah mulai untuk memahami pentingnya pencegahan konflik untuk bisnis mereka.

Monograf ini akan mengulas berbagai macam tools untuk pencegahan konflik yang menekankan juga pada teori-teori untuk menaksir secara seksama konflik dan resiko-resiko lingkungan sebelum operasi serta framework agreements yang dapat dilihat sebagai instrumen kuat yang focus kepada pencegahan konflik.

Berita terkait: Penelitian Peta Resolusi Konflik Migas di Wilayah Sumatra Bagian Selatan

Download Monograf Seri No. 1, Paper No. 1 – Juni 2009 (PDF)
DOWNLOAD: Tools dan Best Practices Ekstraktif Tools Pencegahan Konflik dan Best Practices Industri Ekstraktif (144.22 Kb)

Monograf: Persoalan Aturan Hukum dalam Pengelolaan Migas di Indonesia

MonografPublikasi Friday, 17 March 2017

main
klik image, untuk detil
sampul monograf
Seri Monograf CSPS Monographs on Conflict Management and Resolution
Seri No. 1, Paper No. 3 – Juni 2009
Penulis Lukman Hakim, Andi Ardiasto dan Moch. Faried Cahyono
Bahasa Indonesia
Kepastian hukum adalah prasyarat utama  terciptanya iklim investasi yang sehat. Hal tersebut dapat terbentuk jika regulasi yang ada mampu memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang berkepentingan. Bagi pihak investor, keberadaan regulasi bermanfaat untuk menciptakan kondisi yang efesien dalam setiap pelaksanaan operasi sebuah industri. Sedangkan bagi masyarakat umum, regulasi bermanfaat untuk menjamin diberikannya hak-hak masyarakat atas beroperasinya sebuah industri. Dengan kata lain, kepastian hukum akan bermanfaat bagi invertor dalam hal penambahan bersaran keuntungan yang diterimanya dan bagi masyarakat  akan mampu menambah tingkat kesejahteraan.

Tulisan ini muncul sebagai tindak lanjut dari temuan Tim Peneliti Pusat Studi Perdamaian dan Keamanan (PSKP) Universitas Gadajah Mada bekerjasama dengan BP Migas dalam penelitian yang berjudul “Peta Dan Resolusi Konflik Migas Di Wilayah Sumatera Bagian Selatan”. Salah satu kesimpulan dari penelitian tersebut adalah  terdapat regulasi industri migas yang memberi kontribusi pada  terhadap konflik. Paparan berikut menjelaskan persoalan aturan hukum dalam pengelolaan migas dan aturan hukum seharusnya dibutuhkan agar konflik bisa dicegah sejak dini.

Download Monograf Seri No. 1, Paper No. 3 – Juni 2009 (PDF)
DOWNLOAD: Persoalan Aturan Hukum Persoalan Aturan Hukum (396.62 Kb)

Monograf: Masalah Pembangunan di Wilayah Penghasil Migas: Pengelolaan Migas di Sumbagsel

MonografPublikasi Friday, 17 March 2017

main
klik image, untuk detil
sampul monograf
Seri Monograf CSPS Monographs on Conflict Management and Resolution
Seri No. 1, Paper No. 2 – Juni 2009
Penulis Moch. Faried Cahyono dan Lukman Hakim
Bahasa Indonesia
Pasca Perang Dunia II, permasalahan yang berkaitan dengan kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup manusia menjadi bahasan utama di beberapa negara. Dari sinilah kemudian muncul konsep pembangunan yang dipelopori oleh negara-negara maju. Melalui konsep pembangunan inilah kualitas manusia di dunia ini diyakini dapat diperbaiki maupun ditingkatkan.

Bahasan selanjutnya yang tak kalah penting adalah darimana sumber pembiayaan pembangunan didapat. Jawabannya adalah memanfaatkan sumberdaya alam menjadi sumberdaya utama  untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan. Sumberdaya alam merupakan sumber daya yang dimiliki oleh negara-negara berkembang, dan ingin dimanfaatkan untuk pembangunan. Dalam proses awal pembangunan negara berkembang menggantunggkan sumber pembiayaan pembangunannya pada bantuan dari lembaga donor internasional maupun bantuan dari negara-negara maju.

Tulisan ini, merupakan temuan dari penelitian, menerangkan perkembangan konsep pembangunan, pemanfatan semberdaya alam untuk pembangunan, konflik yang terjadi dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Juga disampaikan soal pentingnya partisipasi dalam pembangunan, permaslaahn yang muncul dalam menjalankan konsep-konsep tersebut. Fokus studi pembanguan di wilayah penghasil sumber daya alam minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia khususnya Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) disampaikan untuk merujuk apakah migas Indonesia menjadi berkah atau kutukan. Juga, bagaimana kemungkinan solusi yang harus dicari untuk menjadikan migas sebagai berkah pembangunan.

Download Monograf Seri No. 1, Paper No. 2 – Juni 2009 (PDF)
DOWNLOAD: Masalah Pembangunan di Wilayah Migas Masalah Pembangunan di Wilayah Migas (173.21 Kb)

Monograf: Media Relations dan Resolusi Konflik di Perusahaan Migas: Studi kasus Sumbagsel

MonografPublikasi Friday, 17 March 2017

main
klik image, untuk detil
sampul monograf
Seri Monograf CSPS Monographs on Conflict Management and Resolution
Seri No. 1, Paper No. 4 – Juni 2009
Penulis Masduki
Bahasa Indonesia
Konflik horizontal dan vertikal yang terjadi di ladang minyak  dan gas (migas) perusahaan nasional dan multinasional di Indonesia selalu menjadi santapan empuk media massa. Persoalan pembebasan lahan, kebocoran pipa gas dan atau sumur minyak, rekruitmen tenaga kerja hingga pembagian keuntungan menjadi isu sentral, ditengah ancaman keamanan lingkungan perusahaan yang menjadi kekhawatiran para pekerja setempat, termasuk pengambil keputusan dan praktisi hubungan masyarakat (public relations officer). Persoalan memahami, mengelola dan atau memulihkan hubungan perusahaan tambang dengan media massa lokal dan nasional menjadi pekerjaan berat bagi praktisi PR, manakala tidak ada jaminan keamanan seratus persen atas aktifitas eksplorasi, distribusi hingga pengelolaan sistem ketenagakerjaan.

Pemahaman yang tidak utuh atas eksistensi media massa di suatu daerah juga menyebabkan hubungan perusahaan Migas dengan pelaku media memburuk, terutama ketika terjadi konflik. Represi dan eksploitasi–meminjam istilah Svetlana Tsalik1 yang dilakukan media terhadap perusahaan Migas lebih banyak disebabkan oleh miskomunikasi dan minimnya wawasan keduabelah pihak (pelaku media dan PR) dalam memahami tugas masing-masing atas sebuah peristiwa atau isu krusial. Tulisan ini mencoba menguraikan dinamika media massa dan apa saja jalan keluar/strategi yang dapat ditempuh oleh pelaku PR di perusahaan Migas.

Download Monograf Seri No. 1, Paper No. 4 – Juni 2009 (PDF)
DOWNLOAD: Media Relations dan Resolusi Konflik Media Relations dan Resolusi Konflik (112.45 Kb)
12

Recent Posts

  • Buku : Dua Menyemai Damai : Peran dan Kontribusi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam Perdamaian dan Demokrasi
  • Buku : Pandemi, Konflik, Transformasi : Tantangan Demokrasi dan Inklusi Sosial
  • Buku : Agensi Perempuan Dalam Lingkaran Ekstremisme Kekerasan : Narasi dari Poso, Bima, Lamongan dan Deli Serdang
  • Serial Webinar Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP), UGM
  • [PEACE GOERS FESTIVAL-online] “Damai Itu Keren”
Universitas Gadjah Mada

PUSAT STUDI KEAMANAN DAN PERDAMAIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Sekip K-9 Yogyakarta 55281
email: ps.kp@ugm.ac.id
Telp./Fax : (0274) 520733

© 2017 CSPS Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju