Download Monograf (PDF) |
Paper No 4 – Masalah Eksternalitas dan Bagi Hasil Tambang dalam Konflik Enam Desa di Maluku Utara |
Monograf
Download Monograf (PDF) |
Paper No 3- Ruang dan Konflik _Cerita dari Enam Desa |
Download Monograf (PDF) |
Paper No 2 _Melampaui Komunalisme _Siasat Perdamaian dalam Politik Pembangunan |
Download Monograf (PDF) |
Paper No. 1 _ Involusi Pemekaran_ Etnisitas dan Agama |
klik image, untuk detil sampul monograf |
Seri Monograf | CSPS Monographs on Security Paper No. 1 – Oktober 2009 |
Penulis | Dr. Ingo Wandelt | |
Bahasa | Indonesia | |
Reformasi Sektor Keamanan sekarang ini berlangsung secara global dan internasional. Proses reformasi di tiap negara dipengaruhi pembaruan struktur-struktur keamanan dan pertahanan yang di tingkat regional dan internasional.
Reformasi Sektor Keamanan melibatkan institusi yang mencakup anggota dan personelnya, dan telah berarah jauh ke dalam masyarakat sipil negara masing-masing. Dengan begitu SSR mempunyai dimensi komunikasi tersendiri, yang media utamanya adalah bahasa. Semakin internasional SSR, semakin global penggunaan media komunikasi dan bahasa di dalamnya. Monograf ini merupakan penyempurnaan dari makalah yang disampaikan dalam Seminar Keamanan: Hubungan Sipil-Militer, Kerjasama Internasional, dan Peran Bahasa, yang diselenggarakan PSKP UGM bekerjasama dengan FES di Yogyakarta 12 Mei 2009. |
Download Monograf Seri Security, Paper No. 1 – Oktober 2009 (PDF) |
Perkembangan Reformasi Sektor Keamanan: Kebutuhan Bahasa dan Komunikasi (108.85 Kb) |
klik image, untuk detil sampul monograf |
Seri Monograf | CSPS Monographs on Conflict Management and Resolution Paper No. 6 – Oktober 2009 |
Penulis | Masduki, Nurul Aini , Moch. Faried Cahyono , dan Lukman Hakim | |
Bahasa | Indonesia | |
Kontroversi bisnis pertambangan menjadi krusial bukan semata disebabkan intervensi politik, tetapi juga karena perilaku sosial pengelola perusahaan sendiri, terutama dalam interaksi mereka terhadap lingkungan kawasan tambang. Konflik atas lahan, pembagian keuntungan dan ketenagakerjaan bukan hanya bersumber dari transaksi bisnis yang top down, tetapi juga karena hubungan sosial yang tidak stabil antara stakeholders, khususnya warga dan perusahaan.
Dalam konteks ini, wacana dan program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan program Community Development (CD) yang terpadu menjadi urgen diadopsi oleh perusahaan Migas. Tulisan ini mencoba menyajikan sisi konsepsi hingga temuan riset yang dilakukan tim Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada program CSR di beberapa perusahaan Migas yang beroperasi di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Penelitian sudah diselesaikan pada bulan Desember 2008. |
Download Monograf Seri Conflict Management and Resolution, Paper No. 6 – Oktober 2009 (PDF) |
Program CSR Perusahaan Migas: Kasus Sumbagsel (164.80 Kb) |
klik image, untuk detil sampul monograf |
Seri Monograf | CSPS Monographs on Conflict Management and Resolution Seri No. 1, Paper No. 1 – Juni 2009 |
Penulis | Daniel Petz dan Ni Komang Widiani | |
Bahasa | Indonesia | |
Selama dua dekade, banyak ulasan, penelitian, dan kampanye anti praktek-praktek bisnis yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bekerja di sektor ekstraktif atau penggalian. Kritik ini umumnya terkait dengan berbagai praktek bisnis yang secara langsung ataupun tidak langsung memicu konflik lokal maupun regional, dimana perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan kekuatan keamanan lokal untuk melindungi asset dan hak milik mereka, melakukan banyak pelanggaran hak asasi manusia, serta mengabaikan hak-hak masyarakat setempat yang hanya bisa menikmati secuil kekayaan dari perusahaan yang beroperasi di tempat mereka.
Selain itu perusahaan-perusahaan sering dilihat sebagai pemicu munculnya korupsi di negara-negara dimana mereka beroperasi. Munculnya gerakan lingkungan global telah ‘menggiring’ perusahaan-perusahaan untuk lebih bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan yang telah mereka akibatkan, dan menggunakan para aktivis buruh menyelidiki praktek-praktek tenaga kerja yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar. Kritik tersebut telah memunculkan tanggapan diantara perusahaan-perusahaan yang bekerja dalam sektor penggalian dan mendorong mereka untuk meninjau kembali beberapa praktek bisnis mereka dan mengembangkan ide ataupun literature tentang bisnis yang sensitif konflik. Kebanyakan literatur mengenai praktek-praktek bisnis yang sensitif konflik memberikan penekanan kepada aspek pencegahan konflik. Industri-industri ekstraktif sering terlibat dalam proyek skala besar dengan rencana operasi dan periode eksplorasi yang panjang. Hal ini sebenarnya bisa memberi ruang bagi perusahaan untuk menaksir potensi-potensi konflik dan menerapkan secara preventif mekanisme resolusi konflik, yang dipersiapkan jika sewaktu-waktu terjadi konflik. Menimbang banyaknya perusahaan yang bekerja di banyak negara, kepekaan budaya memegang peranan penting dalam mengembangkan tool yang tepat dan sesuai dengan konteks budaya setempat. Banyak perusahaan-perusahaan yang juga terlibat dalam melakukan praktek-praktek terbaik. Serangkaian framework agreements telah dikembangkan yang bertujuan untuk menggiring perusahaan-perusahaan akuntabel terhadap hak asasi manusia, tenaga kerja, dan standar-standar lingkungan. Beberapa inisitif yang telah dibangun adalah sebuah langkah awal, tetapi kita melihat bahwa perusahaan-perusahaan telah mulai untuk memahami pentingnya pencegahan konflik untuk bisnis mereka. Monograf ini akan mengulas berbagai macam tools untuk pencegahan konflik yang menekankan juga pada teori-teori untuk menaksir secara seksama konflik dan resiko-resiko lingkungan sebelum operasi serta framework agreements yang dapat dilihat sebagai instrumen kuat yang focus kepada pencegahan konflik. Berita terkait: Penelitian Peta Resolusi Konflik Migas di Wilayah Sumatra Bagian Selatan |
Download Monograf Seri No. 1, Paper No. 1 – Juni 2009 (PDF) |
Tools Pencegahan Konflik dan Best Practices Industri Ekstraktif (144.22 Kb) |
klik image, untuk detil sampul monograf |
Seri Monograf | CSPS Monographs on Conflict Management and Resolution Seri No. 1, Paper No. 3 – Juni 2009 |
Penulis | Lukman Hakim, Andi Ardiasto dan Moch. Faried Cahyono | |
Bahasa | Indonesia | |
Kepastian hukum adalah prasyarat utama terciptanya iklim investasi yang sehat. Hal tersebut dapat terbentuk jika regulasi yang ada mampu memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang berkepentingan. Bagi pihak investor, keberadaan regulasi bermanfaat untuk menciptakan kondisi yang efesien dalam setiap pelaksanaan operasi sebuah industri. Sedangkan bagi masyarakat umum, regulasi bermanfaat untuk menjamin diberikannya hak-hak masyarakat atas beroperasinya sebuah industri. Dengan kata lain, kepastian hukum akan bermanfaat bagi invertor dalam hal penambahan bersaran keuntungan yang diterimanya dan bagi masyarakat akan mampu menambah tingkat kesejahteraan.
Tulisan ini muncul sebagai tindak lanjut dari temuan Tim Peneliti Pusat Studi Perdamaian dan Keamanan (PSKP) Universitas Gadajah Mada bekerjasama dengan BP Migas dalam penelitian yang berjudul “Peta Dan Resolusi Konflik Migas Di Wilayah Sumatera Bagian Selatan”. Salah satu kesimpulan dari penelitian tersebut adalah terdapat regulasi industri migas yang memberi kontribusi pada terhadap konflik. Paparan berikut menjelaskan persoalan aturan hukum dalam pengelolaan migas dan aturan hukum seharusnya dibutuhkan agar konflik bisa dicegah sejak dini. |
Download Monograf Seri No. 1, Paper No. 3 – Juni 2009 (PDF) |
Persoalan Aturan Hukum (396.62 Kb) |
klik image, untuk detil sampul monograf |
Seri Monograf | CSPS Monographs on Conflict Management and Resolution Seri No. 1, Paper No. 2 – Juni 2009 |
Penulis | Moch. Faried Cahyono dan Lukman Hakim | |
Bahasa | Indonesia | |
Pasca Perang Dunia II, permasalahan yang berkaitan dengan kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup manusia menjadi bahasan utama di beberapa negara. Dari sinilah kemudian muncul konsep pembangunan yang dipelopori oleh negara-negara maju. Melalui konsep pembangunan inilah kualitas manusia di dunia ini diyakini dapat diperbaiki maupun ditingkatkan.
Bahasan selanjutnya yang tak kalah penting adalah darimana sumber pembiayaan pembangunan didapat. Jawabannya adalah memanfaatkan sumberdaya alam menjadi sumberdaya utama untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan. Sumberdaya alam merupakan sumber daya yang dimiliki oleh negara-negara berkembang, dan ingin dimanfaatkan untuk pembangunan. Dalam proses awal pembangunan negara berkembang menggantunggkan sumber pembiayaan pembangunannya pada bantuan dari lembaga donor internasional maupun bantuan dari negara-negara maju. Tulisan ini, merupakan temuan dari penelitian, menerangkan perkembangan konsep pembangunan, pemanfatan semberdaya alam untuk pembangunan, konflik yang terjadi dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Juga disampaikan soal pentingnya partisipasi dalam pembangunan, permaslaahn yang muncul dalam menjalankan konsep-konsep tersebut. Fokus studi pembanguan di wilayah penghasil sumber daya alam minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia khususnya Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) disampaikan untuk merujuk apakah migas Indonesia menjadi berkah atau kutukan. Juga, bagaimana kemungkinan solusi yang harus dicari untuk menjadikan migas sebagai berkah pembangunan. |
Download Monograf Seri No. 1, Paper No. 2 – Juni 2009 (PDF) |
Masalah Pembangunan di Wilayah Migas (173.21 Kb) |
klik image, untuk detil sampul monograf |
Seri Monograf | CSPS Monographs on Conflict Management and Resolution Seri No. 1, Paper No. 4 – Juni 2009 |
Penulis | Masduki | |
Bahasa | Indonesia | |
Konflik horizontal dan vertikal yang terjadi di ladang minyak dan gas (migas) perusahaan nasional dan multinasional di Indonesia selalu menjadi santapan empuk media massa. Persoalan pembebasan lahan, kebocoran pipa gas dan atau sumur minyak, rekruitmen tenaga kerja hingga pembagian keuntungan menjadi isu sentral, ditengah ancaman keamanan lingkungan perusahaan yang menjadi kekhawatiran para pekerja setempat, termasuk pengambil keputusan dan praktisi hubungan masyarakat (public relations officer). Persoalan memahami, mengelola dan atau memulihkan hubungan perusahaan tambang dengan media massa lokal dan nasional menjadi pekerjaan berat bagi praktisi PR, manakala tidak ada jaminan keamanan seratus persen atas aktifitas eksplorasi, distribusi hingga pengelolaan sistem ketenagakerjaan.
Pemahaman yang tidak utuh atas eksistensi media massa di suatu daerah juga menyebabkan hubungan perusahaan Migas dengan pelaku media memburuk, terutama ketika terjadi konflik. Represi dan eksploitasi–meminjam istilah Svetlana Tsalik1 yang dilakukan media terhadap perusahaan Migas lebih banyak disebabkan oleh miskomunikasi dan minimnya wawasan keduabelah pihak (pelaku media dan PR) dalam memahami tugas masing-masing atas sebuah peristiwa atau isu krusial. Tulisan ini mencoba menguraikan dinamika media massa dan apa saja jalan keluar/strategi yang dapat ditempuh oleh pelaku PR di perusahaan Migas. |
Download Monograf Seri No. 1, Paper No. 4 – Juni 2009 (PDF) |
Media Relations dan Resolusi Konflik (112.45 Kb) |