Minggu, 01 April 2007 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Keberadaan IPDN masih tetap dibutuhkan untuk menyediakan lulusan siap pakai untuk jajaran birokrasi Pemda, tulis Moch. Faried Cahyono. Dan jika dibubarkan belum ada penggantinya. Walaupun ada banyak kematian di kampus tersebut. Lalu apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana memperbaikinya? Cahyono menyoroti perbaikan kurikulum. Untuk mengulas kurikulum, Cahyono merututnya dari awal didirikannya IPDN dalam kerangka otoriterianisme Orde Baru, dengan terjadinya reformasi hal ini tentu saja harus dirubah. Dari buku teks yang diajarkan IPDN, tampaknya hal ini sudah dilakukan. Namun tradisi kekerasan yang inheren dalam metode pengajaran/pendidikan IPDN adalah soal yang meyakinkan kita semua, bahwa IPDN sesungguhnya tidak berubah dari masa sebelumnya, sebagai pendidikan jaman negara otoriter Orde Baru. Disini Cahyono mengulas tradisi kekerasan di IPDN. Selanjutnya Cahyono mengulas mengenai sarana/prasarana fisik, dan sumber daya pendidik IPDN.[sy]
|