Opini
Dapatkah warga Sunni dan Syiah di Sampang kembali hidup berdampingan secara damai setelah mengalami konflik yang keras? Jawaban pertama mengatakan tidak. Kedua belah pihak berbeda dalam keyakinan dan praktek keagamaan. Perbedaan itu menyebabkan benturan keras. Insiden konflik terakhir, yang terjadi pada 26 Agustus tahun lalu, telah menimbulkan korban jiwa, puluhan rumah terbakar, dan pengungsian, mula-mula di GOR Sampang, dan sekarang ke rusunawa di Sidoarjo, Jawa Timur. Ini menjadi bukti bahwa keduanya tak bisa hidup berdampingan lagi.
Lebih lanjut, kekerasan yang telah terjadi semakin mempertegas perbedaan tersebut. Perbedaan menyebabkan kekerasan, yang kemudian mempertegas perbedaan. Perlu diperhatikan bahwa di sini ada anggapan mengenai lingkaran setan kekerasan: perbedaan menimbulkan kekerasan yang akan mempertebal perbedaan dan permusuhan, yang akan menimbulkan kekerasan berikut.
Konflik antara gajah dan manusia di lampung akhirnya merembet menjadi konflik antara manusia dan manusia, ketika warga yang desanya kemasukan gajah dari Taman Nasional Way Kambas (TNWK) mengusir gajah ke desa lain. Lambatnya pemerintah memecahkan persoalan menyebabkan sebagian warga mulai berpikir akan mengubah peta konflik, dari gajah versus masyarakat menjadi gajah versus pemerintah. Cara yang mungkin akan dilakukan adalah dengan menggiring gajah liar ke pusat pemerintahan, yaitu kabupaten agar pemerintah tahu rasanya diserang gajah liar.